Pertanyaan itu kembali aku tujukan kepada para kaum Adam yang seringkali tidak bisa mengekspresikan perasaannya. Seringkali, melihat laki-laki datar dan bermuka sama dalam menghadapi segala situasi. Muka mereka datar ketika senang, juga datar ketika sedih. Atau, kalaupun ada ekspresi yang terlihat, itu juga ekspresi seadanya. Seringkali, tidak terlihat kerling-kerling di mata-mata mereka, padahal baru saja mendapatkan hal-hal yang menyenangkan. Apalagi kok air mata ketika kesedihan sedang mendatanginya.
Ada suatu kejadian lucu di kampus dulu. Seorang teman laki-laki yang mendatangiku dengan air mata kemarahan di matanya. Wi, aku butuh ditemani, tapi jangan bilang aku banci ya. Hm, ternyata itu salah satu alasan logisnya. Mereka takut dibilang banci ketika menangis atau berjingkrak kegirangan. Ekspresi perasaan yang paling juga sulit dikeluarkan adalah rasa cinta atau sayang. Sepertinya hal inilah yang banyak dikeluhkan kaum perempuan.
Buat perempuan, yang konon berasal dari Venus, sangat penting perasaan itu diekspresikan, dengan senyum, tawa, kata-kata, jeritan, tangis, bahkan cubitan, pelukan, atau apalah. Dan tentunya butuh pengulangan. Buat laki-laki, bangsa Mars itu, tampaknya hal ini aneh. Mereka hanya senang mengatakan hal beberapa kali saja. Bahkan terkadang, sangat susah mengatakan hal-hal yang ada di hatinya, walau itu benci sekalipun. Hm, bukankah menyenangkan menjadi ekspresif?
Toh aku lebih senang berteman dengan pria ekspresif, tercermin dalam kata, pemikiran dan perbuatan. Seringkali membuat hidup lebih mudah :D
So Guys, Dare You?
Thursday, June 23, 2005
Tuesday, June 21, 2005
Berteman dengan pria beristeri
Lagi, sebuah episode hidup yang tak kunjung selesai.
Berteman, memang bisa dengan siapa saja yang kita sukai, bahkan pada suatu ketika, bisa jadi kita berteman dengan orang atau hal-hal yang tidak kita sukai. Namun biasanya ini terjadi ketika tidak ada lagi hal atau teman yang kita sukai.
Sebutlah 'Senior' di Surabaya.
Demam internet baru melanda waktu itu, ketika orang-orang sangat ketagihan beremail-email ria atau chatting di IRC. Awalnya hanya bertegur sapa, sampai merasa nyaman dan berlanjut di email-email yang sehari bisa tujuh kali. Siapa yang tidak suka mendapat email di inboxnya, bertukar pikiran, bertukar pengalaman, saling menguatkan atau mentertawakan dan lama-lama saling juga bertukar hidup. Tidak lebih. Toh keduanya memang menjaga diri dengan baik untuk tidak tergoda ataupun saling menggoda. Mereka sama-sama berpikir, tidak ada bahayanya.
Namun, katanya, memang tidak mudah berteman dengan orang yang sudah punya pasangan (baca:menikah), apalagi kalau mereka adalah lawan jenis. Sayangnya, hal ini diperburuk dengan kultur orang Indonesia yang benar-benar tidak bertoleransi akan hubungan pertemanan dengan lawan jenis yang sudah menikah. Akan banyak kecurigaan terjadi, biarpun bila pertemanan itu murni berteman dan tidak disertai dengan rasa-rasa yang berbeda.
Sudah pernah ditawarkan sebuah hubungan pertemanan keluarga, tidak hanya berteman dengan suaminya, tapi juga isteri dan anaknya. Tapi memang orang Indonesia, hal ini pastilah dianggap sebagai hal yang tidak mungkin. Bisa membuat masalah lah, bisa membuat fitnah lah, sebut saja alasan-alasan bodoh lainnya. Padahal, buat aku, menikah bukan berarti kehilangan teman.
Maka, bersyukurlah bila bisa berteman dengan lawan jenis yang sudah menikah tanpa harus sembunyi-sembunyi dan takut.
Berteman, memang bisa dengan siapa saja yang kita sukai, bahkan pada suatu ketika, bisa jadi kita berteman dengan orang atau hal-hal yang tidak kita sukai. Namun biasanya ini terjadi ketika tidak ada lagi hal atau teman yang kita sukai.
Sebutlah 'Senior' di Surabaya.
Demam internet baru melanda waktu itu, ketika orang-orang sangat ketagihan beremail-email ria atau chatting di IRC. Awalnya hanya bertegur sapa, sampai merasa nyaman dan berlanjut di email-email yang sehari bisa tujuh kali. Siapa yang tidak suka mendapat email di inboxnya, bertukar pikiran, bertukar pengalaman, saling menguatkan atau mentertawakan dan lama-lama saling juga bertukar hidup. Tidak lebih. Toh keduanya memang menjaga diri dengan baik untuk tidak tergoda ataupun saling menggoda. Mereka sama-sama berpikir, tidak ada bahayanya.
Namun, katanya, memang tidak mudah berteman dengan orang yang sudah punya pasangan (baca:menikah), apalagi kalau mereka adalah lawan jenis. Sayangnya, hal ini diperburuk dengan kultur orang Indonesia yang benar-benar tidak bertoleransi akan hubungan pertemanan dengan lawan jenis yang sudah menikah. Akan banyak kecurigaan terjadi, biarpun bila pertemanan itu murni berteman dan tidak disertai dengan rasa-rasa yang berbeda.
Sudah pernah ditawarkan sebuah hubungan pertemanan keluarga, tidak hanya berteman dengan suaminya, tapi juga isteri dan anaknya. Tapi memang orang Indonesia, hal ini pastilah dianggap sebagai hal yang tidak mungkin. Bisa membuat masalah lah, bisa membuat fitnah lah, sebut saja alasan-alasan bodoh lainnya. Padahal, buat aku, menikah bukan berarti kehilangan teman.
Maka, bersyukurlah bila bisa berteman dengan lawan jenis yang sudah menikah tanpa harus sembunyi-sembunyi dan takut.
Friday, June 03, 2005
Red Tulips
Tulip, terpujilah Tuhan penciptanya. Salah satu bunga yang menurut aku diciptakan sempurna oleh Tuhan. Aku pertama kali melihat, memegang dan menciumnya, ketika aku berada di Swedia, April 2003 tahun lalu. Tulip yang aku tahun tumbuh subur di Belanda, negara kincir angin itu. Namun sebenarnya, Tulip berasal dari Timur Tengah, daerah Turki http://www.answers.com/topic/tulip Tulip dibawa ke Eropa pada abad 16. Dalam literatur awal bahasa Inggris, Tulip ditulis sebagai Tulipa atau Tulipant; dalam bahasa Perancis, Tulipe; dalam bahasa Latin, tulīpa; dalam bahasa Turki, tülbend. Orang-orang Turki, negara yang dipercaya sebagai asal bunga Tulip menyamakannya dengan sorban, karena di saat mekar, kelopak bunga tulip tampak seperti sorban.
Tulip ditemukan hampir pada semua warna, kecuali biru dan hitam. Tulip tumbuh subur di daerah Timur Tengah pada bulan November sampai Mei, sedangkan untuk Tulip di Eropa, subur pada bulan Januari sampai April. Dalam bahasa Victoria, Tulip merah seperti halnya Mawar merah adalah sebuah pengakuan cinta.
Bagi bangsa Iran dan Turki, Tulip adalah bunga nasional mereka, walaupun Tulip memang tumbuh subur di Belanda. Tulip berasal dari divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, orde Liliales, dan keluarga Liliaceae. Sayang sekali, Tulip tidak tumbuh di Indonesia, padahal bunga ini tidak kalah cantiknya dengan mawar atau daisy.
Subscribe to:
Posts (Atom)