Monday, May 30, 2005

Scudetto ke-28


Il Capitano, when Juventus gained its 28th scudetto.
Posted by Hello

Akhirnya! Setelah dikalahkan Liverpool dan gagal masuk Final Champion 2005 (AGAIN), Juventus tidak memepermalukan dirinya sendiri dengan menjadi Scudetto di Liga Seri A Italia. Scudetto diraih sebelum Juventus bertanding di pertandingan terakhir melawan Cagliari, karena beberapa hari sebelumnya, Milan hanya seri bermain dengan Palermo. Toh, pada akhirnya, Milan pun gagal mendapatkan gelar Juara Champion karena kalah pada duel penalti melawan Liverpool.
Pada liga italia musim ini, persaingan ketat antara Juventus dan Milan terus berlangsung sampai minggu terakhir sebelum musim berakhir. Kebanyakan orang menebak, keduanya harus menempuh play off untuk menentukan siapa yang berhak menggondol jabatan scudetto. Namun, bye bye Milan.
Tanpa gelar ya? Ehm, ehm..
Yah, toh Juventus masih membuktikan dirinya paling baik di Italia. Semoga tahun depan bisa unjuk gigi di Eropa. Bravo Bianconerri!

Sunday, May 29, 2005

Akhir juga milik Tuhan

Tragis.
Itulah yang tepat diucapkan ketika melihat perjuangan Kimi Raikkonen hari Minggu ini. Kemenangan yang telah di depan mata kandas begitu saja. Semenjak masuk pitstop beberapa lap sebelum masuk garis akhir, tampaknya tejadi kekacauan pada sistem rem mobilnya. Aku tidak terlalu ngerti, yang pasti, aku melihat rodanya oglek-oglek seperti tidak di spooring & balancing.

Pertarungan sengit antara The Ice Man dan Fernando Alonso, tadinya berselang lebih dari 5 detik, sampai akhirnya pada 4 detik lebih. Aku sudah menebak, sepertinya Kimi tidak akan masuk garis akhir. Toh, pada akhirnya, satu putaran sebelum masuk garis... kandas... rodanya terlepas dari as nya, yang menyebabkan mobilnya berputar tidak jelas dan keluar jalur.

Tragis..

Mengingatkan kembali, bahwa sekeras apapun manusia berusaha, Tuhan pula yang menentukan akhirnya. Takdir memang interaktif, toh apa keputusan Tuhan, Dia juga melihat usaha kita. Aku percaya, takdir itu seperti gelas. Kontribusi manusia dan Tuhan untuk mengisi gelas itu. Kadang Tuhan sudah mengisinya penuh, sehingga tak perlu susah payah untuk mendapatkan sesuatu. Kadang Tuhan mengisi ¾, kadang ½ dan kadang hanya sedikit. Yang pasti, tidak hanya Tuhan yang menentukan takdir, tapi juga manusia.

Katanya, ada 4 hal yang Tuhan sudah tentukan, yaitu hidup, rejeki, jodoh dan mati. Aku sepakat pada kata hidup dan mati, kita tidak pernah minta untuk hidup dan kita tidak akan tahu kapan kita mati. Persoalan rejeki, memang setiap orang sudah punya porsi, tapi toh tak akan jatuh dari langit. Harus dicari, harus diperjuangkan, harus diraih. Begitu pula jodoh (dalam konteks ini tidak hanya jodoh dalam konteks perempuan dan laki-laki, tapi juga dalam hal pertemanan, pekerjaan dan lain sebagainya). Bila tidak diperjuangkan, tidak akan dapat apa-apa.

Maka, semoga saja Kimi bisa berjuang melawan rasa sedihnya hari ini, seperti halnya Dewi yang sedang melawan gundah gulana yang kembali menjadi teman baiknya akhir-akhir ini.

Saturday, May 28, 2005

Bola Gelinding


Gelinding Bola Coca-Cola Posted by Hello

Foto ini diambil oleh Mas Dadang dari Reuters, pada acara gelinding bola Coca-Cola 13 Maret 2005. Inilah hebatnya sebuah cara berdagang kapitalis besar yang telah eksis di dunia lebih dari 100 tahun dan di Indonesia, lebih dari 70 tahun. Siapa yang tidak kenal Coca-Cola? Namun, namanya juga manusia, tetap perlu penyegaran.

Ribuan orang berkumpul di bundaran HI waktu itu, mengoper bola dan menggelindingkan bola raksasa. Event seru yang membuat jutaan rupiah, hanya demi sebuah penyegaran dan eksistensi bisnis. Ironically, I'm part of them :P

Hey, dunia dibangun dari ironi dan paradoks.

Bangsa yang dibesarkan mitos

...orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman...

Bangsa ini dibesarkan dengan mitos-mitos. Mitos bahwa kita bangsa yang besar, dengan beribu-ribu pulau yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari Sabang sampai Merauke. Mitos bahwa kita adalah negara yang kaya, kaya dengan sumber daya alam (minyak bumi, emas, batu bara, nikel, timah, dsb), kaya dengan keanekaragaman hayati. Mitos bahwa nenek moyang kita adalah pelaut ulung (nenek moyangku seorang pelaut, mengarung bumi belah samudra, mengejar ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa), berlayar sampai Tanjung Harapan. Tumbuh dengan mitos zaman Majapahit, ketika Hayam Muruk dan Gajah Mada berhasil menyatukan Indonesia (Filipina dan Singapore masih wilayah Indonesia, waktu itu). Dan yang paling hebat, mitos bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, bangsa yang senang bergotong royong, bangsa dengan toleransi yang tinggi.

Mitos..
Dibuai sedari kecil, lewat sosialisasi primer dalam keluarga, pelajaran-pelajaran sejarah di sekolah, pidato-pidato para pejabat pada perayaan hari-hari nasional, dan yang pasti, cuci otak ala Soeharto selama lebih dari 30 tahun.

Terbiasa hidup enak, tak mau kerja keras dan menjadikan uang sebagai cara mendapatkan banyak hal.
Karena tanah kita tanah yang subur, tak perlu dipupuk tak perlu dirawat toh padi bisa tumbuh dengan sempurna (terbukti pada tahun 1983 kita mengekspor beras ke Ethiopia). Karena kita punya banyak sumber daya alam (lihat saja 1970 ketika minyak sedang bagus harganya, banyak pejabat Pertamina kaya mendadak) yang bisa menjamin hidup kita sampai tujuh turunan. Karena bangsa ini toleran terhadap banyak hal (juga terhadap korupsi, suap, main hakim sendiri).

Mitos.. membuat bodoh, membuat malas, membuat narciss.

Toh, ternyata kita belum jadi apa-apa.

Thursday, May 26, 2005

Siklus hidup bernama pernikahan

Ketika sebuah siklus hidup ditentukan oleh kontruksi masyarakat sakit dan bodoh..

Sebuah kepercayaan yang telah dihembuskan dari mulai kita lahir, bahwa siklus hidup manusia hanyalah lahir, besar, sekolah dari TK, lanjut ke SD, SMP, SMA, kuliah, bekerja, dan selanjutnya kawin. Hal ini, seperti layaknya kita percaya bahwa mentari terbit di timur dan tenggelam di barat, akhirnya mendarah daging dan menjadi sebuah keniscayaan. Padahal...

Siapa yang dari dulu mengharuskan pernikahan masuk ke dalam siklus hidup manusia? Dan kenapa, berhasil atau tidaknya orang-orang di Indonesia, salah satunya, dilihat dari sudah menikah atau belum. Tidak habis pikir. Apalagi perempuan. Kalau dia memilih tidak menikah, akan dicap yang tidak-tidak. Perawan tua lah, tidak laku lah, aneh lah, apapun. Padahal, seperti halnya menikah adalah pilihan, toh tidak menikah mestinya juga merupakan pilihan.

Hm, agak pusing memang. Repot jadi anaknya orang Indonesia. Ketika kita menyampaikan kepada orang tua bahwa kita belum mau atau tidak mau menikah, apalagi ketika dirasa umur sudah cukup. Kita akan dianggap pembangkang atau malah tidak normal. Karena memang, di Indonesia, anak adalah hasil investasi orang tuanya. Bukan hanya uang, tapi juga cinta, doa, peluh, darah, air mata, dan lain sebagainya.

Tak mungkin ganti orang tua. Mungkin harus belajar bagaimana caranya menyesuaikan diri lagi. Pelajaran seumur hidup :D


Tuesday, May 24, 2005

and the journey ends here

Sebuah kisah kembali terjadi, dalam kehidupan seorang Dewi, ketika orang-orang datang dan pergi. Sebagian tetap meninggalkan tawa dan kenangan manis ketika mengingatnya, namun tak sedikit yang juga meninggalkan air mata dan kenangan yang sama sekali tidak sama rasanya dengan gula. Kata seorang teman bernama Elpi, harapanku tidak akan tercapai 100%, namun kesedihanku pun tidak akan terjadi 100%, dunia akan berjalan apa adanya. Namun tetap saja, sedih bukanlah hal yang menyenangkan.

Aku kembali kehilangan, itu intinya. Kehilangan teman-teman dekatku, teman-teman yang selama ini aku pikir tidak akan meninggalkan aku apapun yang terjadi. Meninggalkan bukan hanya secara fisik, tapi juga secara jiwa. Bumi memang berputar, waktu memang berjalan. Cinta, tentu saja akan berubah. Nonsense yang bilang bahwa cinta tidak akan pernah pudar. BULLSHIT! Cinta, sama seperti tanaman, jika tidak kau pupuk dan lupa kau siram, pasti juga mati. Dan itu yang terjadi.

Yah, mungkin itung-itung belajar sendiri. Nanti toh menghadap Tuhan juga begitu.

Tuesday, May 17, 2005

Midori Days


Seiji-Midori
Posted by Hello

Bagaimanakah rasanya berpisah? Bagaimanakah rasanya terpisah? Bagaimanakah rasanya dipisahkan? Entah apa yang ada di hati Seiji Sawamura yang ketika bangun tidur tidak lagi mendapati Midori Kasugano, gadis yang menjadi tangan kanannya (secara harafiah), menghilang tiba-tiba. Tanpa sebab, tanpa kabar, meninggalkan sebuah tanda berupa syal bertuliskan “LOVE” yang baru saja selesai disulam.

Pada awalnya, Seiji, pemuda 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA ini merasa dia tidak segitunya merasa kehilangan. Namun, makin lama, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, ternyata. Belum genaplah satu hari, Seiji ternyata sudah kembali pada kebiasaan lamanya, berkelahi dengan musuhnya. Berjalan bersama teman segank lamanya, sekelompok pemuda kembali menghadangnya di jalan. Namun, apakah Seiji takut? Tidak!! Dia malah balik menantang dan berkata, “Kebetulan, aku juga lagi kesal. Toh tangan kananku sudah kembali, dan hanya perlu itu untuk mengalahkan kalian”.

Perkelahian pun terjadi. Tidak terlalu jelas apakah Seiji menang atau tidak, yang jelas tangan kanannya luka-luka. Tidak mudah kehilangan Midori, akhirnya Seiji menyadari itu. Namun, bagaimanakah awalnya sehingga Midori Kasugano, gadis manis berambut hijau menjadi tangan kanan Seiji Sawamura?

Seiji yang dijuluki “Anjing Gila” adalah anak punk. [Sedikit itermezzo. Bicara Punk, tidak bisa lepas dari seorang yang pernah ada di hati, Endy Apriyugo. Punk adalah tentang anti kemapanan, tidak mau ikut dengan aturan yang ada. Dengan kata lain, hidup dengan aturan-aturannya sendiri]. Tangan kanan Seiji adalah hal yang paling ditakutkan oleh anak-anak lainnya, karena terkenal kuat. Bahkan katanya, tembok semen pun bisa jebol, apalagi kok hanya sekumpulan gank anak muda?? Namun, tangan kanan yang kuat bukan jaminan bahwa dia juga mudah memperoleh teman perempuan (baca: pacar).

Pernah sesekali Seiji berpikir. Asik sekali bila pacarku nanti bisa menjadi tangan kananku. Di lain pihak, Midori Kasugano, yang telah memendam rasa selama hampir tiga tahun kepada Seiji juga masih mempunyai mimpi menjadi bagian dari Seiji, entah apa bentuknya. Dan BANG!!! Keingingan mereka terkabul. Seiji mendapati tangan kanannya kini adalah Midori dan Midori pada akhirnya adalah bagian dari Seiji (secara harfiah). Jadi ingat frase yang selalu diulang orang-orang, be careful of what you wish it may come true.

Hari-harinya yang penuh dengan perkelahian yang seringkali berakhir dengan kemenangan tampaknya segera berakhir. Namun, Seiji pasti tidak mengira akan banyak pengalamam baru yang terjadi ketika tangan kanannya adalah Midori, yang secara bentuk memang kecil, namun dia tetaplah seorang manusia, seorang gadis dengan segenap keutuhannya.

Hari demi hari, dilalui dengan senyum dan tawa. Terkadang ada perbedaan pendapat, namun makin lama terlihat bahwa Seiji dan Midori adalah perpaduan yang indah. Seiji yang preman dan semaunya sendiri dengan Midori, gadis lembut manis dan baik hati. Toh Midori memang membawa kebaikan bagi Seiji. Dia sekarang menjadi lebih baik dalam bertingkah laku. Tidak sering bolos, apalagi kok berkelahi. Seiji pun memperlakukan Midori dengan baik, ketika Midori sakit, dengan senang hati Seiji merawatnya.

Seiji tidak tahu, bukan hanya Midori yang selama ini memendam rasa kepadanya. Adalah Ayase, teman Seiji satu kelas di SMA. Dia adalah gadis yang cukup manis, namun Seiji tidak pernah meliriknya barang sejenak. Apalagi, semenjak Midori mengisi hari-harinya dengan tawa dan bahagia. Ketika Seiji kehilangan Midori, Ayase pun mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.

Toh pada akhirnya, Midori berhasil mengatakan pada Seiji apa yang menjadi perasaannya. Dan Seiji, si muka garang itu pun merasa yang sama.
Hm.. Dalam The Wedding Date, seorang tokoh pernah berkata, tatangan bagi pencinta adalah bagaimana membuat yang dicinta juga bisa mencinta. Cinta katamu? Ah, dia hanya milik surga. Iya, surga.

Wednesday, May 11, 2005

DewiDeu

DewiDeU
Aku terlahir dengan nama Dewi. Untuk kepentingan pribadi, aku tidak akan menulis nama lengkapku. Hanya saja, ibuku terlanjur jatuh cinta dengan nama ini, sehingga, karena aku anak pertama aku pun dinamakan Dewi. Just a very common name, but I do love that. Dengan nama lengkap yang ada, toh aku tetap memilih dipanggil Dewi, yang berarti perempuan.
Lalu, dari mana asalnya
Deu? Nama ini diberikan secara khusus oleh 'adek' perempuanku di SMA dulu, Putu. Tentu saja, common name banyak dipakai orang. Begitu pula daku. Jadi, untuk membedakan aku dengan Dewi Dewi lainnya, aku dipanggil Deu=Dewi Uireng :P Aku memang tidak putih, jadi terima saja :) Toh pada akhirnya, nama ini membahana di mana-mana, menjadi sebuah identitas diri, bahwa aku adalah DewiDeu.
Menulis adalah salah satu hobiku. Maka, terimakasih bila sudi mampir dan menengak-nengok. Mampir juga ke
blogku yang lain. Enjoy