Lagi, sebuah episode hidup yang tak kunjung selesai.
Berteman, memang bisa dengan siapa saja yang kita sukai, bahkan pada suatu ketika, bisa jadi kita berteman dengan orang atau hal-hal yang tidak kita sukai. Namun biasanya ini terjadi ketika tidak ada lagi hal atau teman yang kita sukai.
Sebutlah 'Senior' di Surabaya.
Demam internet baru melanda waktu itu, ketika orang-orang sangat ketagihan beremail-email ria atau chatting di IRC. Awalnya hanya bertegur sapa, sampai merasa nyaman dan berlanjut di email-email yang sehari bisa tujuh kali. Siapa yang tidak suka mendapat email di inboxnya, bertukar pikiran, bertukar pengalaman, saling menguatkan atau mentertawakan dan lama-lama saling juga bertukar hidup. Tidak lebih. Toh keduanya memang menjaga diri dengan baik untuk tidak tergoda ataupun saling menggoda. Mereka sama-sama berpikir, tidak ada bahayanya.
Namun, katanya, memang tidak mudah berteman dengan orang yang sudah punya pasangan (baca:menikah), apalagi kalau mereka adalah lawan jenis. Sayangnya, hal ini diperburuk dengan kultur orang Indonesia yang benar-benar tidak bertoleransi akan hubungan pertemanan dengan lawan jenis yang sudah menikah. Akan banyak kecurigaan terjadi, biarpun bila pertemanan itu murni berteman dan tidak disertai dengan rasa-rasa yang berbeda.
Sudah pernah ditawarkan sebuah hubungan pertemanan keluarga, tidak hanya berteman dengan suaminya, tapi juga isteri dan anaknya. Tapi memang orang Indonesia, hal ini pastilah dianggap sebagai hal yang tidak mungkin. Bisa membuat masalah lah, bisa membuat fitnah lah, sebut saja alasan-alasan bodoh lainnya. Padahal, buat aku, menikah bukan berarti kehilangan teman.
Maka, bersyukurlah bila bisa berteman dengan lawan jenis yang sudah menikah tanpa harus sembunyi-sembunyi dan takut.
Tuesday, June 21, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
namanya juga dengan lawan jenis wi. wajar lah. apalagi kalo udah punya suami/istri dan anak. kalo bertemannya terlalu akrab, emang agak2 sensitif juga, pasti orang lain mikirnya.
orang kan biasanya kehidupannya makin mengerucut. semua akhirnya punya keluarga yang harus diurus. rata2 makin berkurang waktu buat maen sama temen, apalagi sama yang lawan jenis. jadi, karena ketidakbiasaan itulah, pasti bakal timbul pertanyaan.
terus, kalo laki-laki sih emang kadang2 patut dicurigai juga. kalo terlalu akrab sama cewek. bisa jadi, meskipun niatnya cuma temenan, pasti ada lah, rasa ketertarikan mah. dikit-dikit pasti ada.
wah, ngelantur ya. sorry atuh kalo malah bikin bingung. hehehe.
Gue ngerti sih sudut pandang lu Leh. tapi gue rasa, kalo mau mikir lebih pake akal sehat dan ga pake emosi, bertemen dengan lawan jenis ketika menikah adalah hal yang biasa aja. minimal, sebelum judgement yang bukan-bukan, dikenali dulu lah siapa temannya. soal tidak biasa, iya lah, tidak biasa, apalagi ini Indonesia. pengalaman gue waktu di Eropa, sah-sah aja ko berteman, asal masih bisa saling menghormati dan tidak melanggar hak aja. heehhehe.. BTW, thanks udah komentar.
Post a Comment