Seorang mantan tiba-tiba kembali dekat dengan saya akhir-akhir ini. Entah kenapa, tiba-tiba jadi sering menelpon, membagi hidup, meminta saran, juga mengobrol dengan intens. Hal-hal yang dulu jarang saya lakukan dengan dia karena kami terpisah ribuan mil, kami berbeda negara. Saya yang ada di Indonesia dan dia yang belajar di Jerman. Komunikasi kami yang sangat terbatas toh akhirnya tidak membuat kami bertahan.
Saat ini, dirinya pun sudah kembali ke Indonesia. Walau masih juga dipisahkan laut, namun yang pasti, menelpon dia memakai pulsa lokal, bukan international. Menghubungi kembali juga kemudian menjadi pilihan. Bukan berarti kembali lagi pacaran seperti dulu, namun hanya hubungan pertemanan murni. Setidaknya begitulah pilihan saya.
Dalam laut dapat ditebak, dalam hati siapa tahu. Pepatah itu benar adanya. Memang kita tidak pernah tahu bagaimana hati orang, apa yang dia benar-benar rasakan. Kita hanya bisa mereka-reka saja, atau berasumsi. Toh ternyata, saya masih menggoda (maaf ya narsis). Percakapan-percakapan panjang yang kami lakukan, setidaknya membuat dia tersadar bahwa dia telah menyia-nyiakan suatu kesempatan berharga yang memang tidak pernah datang dua kali. Saya tidak bisa menjawab keinginannya untuk mencipta waktu bersama-sama, karena saya sedang berhubungan dengan seorang pria yang sangat mengagumkan. Misalnya toh, tak ada laki-laki itu, bisa jadi, saya pun tidak akan memilih untuk kembali lagi.
Tapi saya tidak menyangkal. Saat ini, kami benar-benar memanfaatkan waktu untuk kembali saling mengenal. Hanya itu. Saya juga sangat tidak mengenal dia. Maka, saya pikir, ini juga bisa dijadikan saat yang tepat untuk berteman dengannya dan mulai mengenalnya lagi sedikit demi sedikit.
Kita memang tidak pernah tahu, kesempatan apa yang kita lewatkan. Memang, kesempatan yang sama tidak akan pernah datang dua kali dan tidak semua kesempatan memang harus diambil, kecuali kalau Anda kemaruk. Mantan saya, tampaknya, menyadari bahwa mestinya dia tidak menyudahi hubungan itu dulu sebelum dia berpikir matang kesempatan apa yang akan dia sia-siakan. Sayangnya, semua sudah hilang dari depan matanya.
Maka berhati-hatilah. Seringkali manusia sadar bahwa dia menyayangi sesuatu, ketika sesuatu tersebut telah hilang. Semoga kita tidak perlu kehilangan terlebih dahulu untuk menyadari bahwa saya mencintai seseorang atau sesuatu.
Wallahualam bi shawab
Thursday, April 19, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment