Thursday, October 13, 2005

Apa saja kerja pemerintah?

Sekedar tulisan, silakan dipersepsi apa saja.

Apa yang ada di benak SBY ketika jadi menaikkan BBM sampai dengan lebih dari 100% sebelum Ramadhan tiba? Apakah memang disengaja untuk menghindari demonstrasi besar-besaran dan mengambil momentum yang katanya Ramadhan harus dilalui dengan tenang? Bisa jadi. Yang pasti, banyak orang menyayangkan kenapa SBY tidak menunggu sampai awal tahun depan, atau minimal sampai habis lebaran lah. Lebaran, tanpa diembel-embeli dengan naiknya BBM, toh harga-harga sudah mulai melambung. Bila ditambah, entahlah apa jadinya.

Gila juga, ketika minyak tanah yang notabene adalah 'bahan bakar' sehari-hari bagi rakyat miskin naik dari 700 perak ke angka 2000. Itu angka resmi dari pemerintah. Tapi faktanya, di pasar, rakyat mendapatkan minyak tanah dengan harga sampai dengan 3500 per liternya. Hm, bahkan Gas Elpiji yang dikonsumsi orang-orang menengah ke atas pun langka di pasaran. Jikalau ada, harganya bisa sampai 80.000 per tabung. Boker keluar duit?? Dan hebatnya lagi, seorang menteri bermulut harimau pun bilang, jangan pakai gas elpiji bila memang tidak mampu beli. Hm, turun saja Pak, bunuh diri seperti menteri-menteri di Jepang dan biarkan kami menyediakan pisaunya. Tidak punya empati, janganlah jadi menteri!!

Edannya lagi, pemerintah sekarang ini pastilah telah menjadi saksi naiknya BBM di era Soeharto dan yang pasti Megawati. Tapi kenapa tidak pernah belajar untuk meminimalisasi dampak dari naiknya harga BBM tersebut? Kenapa tidak jauh-jauh sebelumnya, pemerintah berusaha mensosialisasikan kenapa BBM harus naik, jalan-jalan ke kampung dan kelurahan untuk melakukan sosialisasi. Lalu, kenapa tidak dipanggil para Pemda agar mempersiapkan dengan baik naiknya harga BBM, dalam hal ini misalnya saja berdiskusi jauh-jauh hari dengan para pengusaha angkot dan bis kota untuk bersama-sama menentukan berapa banyak tarif yang harus dinaikkan? Bangsa ini memang tidak pernah belajar..

Ketika yang miskin tambah miskin, pemerintah tidak berbuat sesuatu yang signifikan. 100.000 subsidi? Untuk apa? Biaya makan? Biaya sekolah? Biaya listrik? Hm, tampaknya ko sedikit sekali. Berkelit di balik harga BBM dunia yang terus naik, memang harga minyak di dalam negeri haruslah ditambah. Namun, jangan salah, negeri ini paling senang korupsi. Jadi, harga minyak boleh naik, namun rakyat tidak pernah mendapat keuntungan apa-apa.

Maka, apakah tidak malu terhadap rakyat yang makin tidak bisa makan? Apakah tidak malu terhadap korban busung lapar?? Hm, tampaknya mungkin tidak. Maka, dengan rendahnya kualitas hidup di Indonesia saat ini, masih bisakah 20 lagi aku menceritakan Indonesia kepada anak-anakku?

Mari sumbangkan uang anda ke Dompet Duafa (BCA no. 2373006343), setidaknya, mereka menyediakan warung murah yang menjual makanan 1000 rupiah dan bis gratis Pulo Gadung-Blok-M. Mari lakukan yang kita bisa, dan menjadi bagian dari solusi. Karena menunggu pemerintah memang tidak pernah ada hasilnya. Salam!


No comments: