Whose woods these are I think I know.
His house is in the village though;
He will not see me stopping here
To watch his woods fill up with snow.
My little horse must think it queer
To stop without a farmhouse near
Between the woods and frozen lake
The darkest evening of the year.
He gives his harness bells a shake
To ask if there is some mistake.
The only other sound's the sweep
Of easy wind and downy flake.
The woods are lovely, dark and deep.
But I have promises to keep,
And miles to go before I sleep,
And miles to go before I sleep.
by. Robert Forst
Saturday, July 29, 2006
Friday, July 28, 2006
Menikah=Lari Marathon
Kesimpulan ini didapat dari obrolan-obralan panjang saya dengan seorang kawan yang cerdas bernama Feby. Bahwa menikah bisa dianalogikan dengan lari marathon, sebuah perjalanan yang cukup panjang. Lari marathon yang berasal dari zaman Yunani kuno dulu berjarak 40 km, jarak yang agak jauh bila ditempuh dengan berlari. Sejarah lari marathon sendiri silakan dicari di google yang pintar itu saja ya :P atau akan saya tulis di kemudian hari.
Yap, menikah adalah proses yang panjang. maksud saya, bila berbicara menikah, umumnya berarti bicara soal kebersamaan dalam periode yang tidak sebentar. Seperti halnya lari marathon yang memerlukan kesiapan fisik dan mental sebelum mengikutinya, begitu pula dengan pranata bernama pernikahan. Untuk berlari, diperlukan sepatu olahraga yang nyaman, bukan stiletto yang indah. Jadi, sepatu stiletto yang bagus dan mahal sekalipun tidak akan bisa dibawa lari marathon. Bila kita sudah bisa menemukan sepatu kets yang nyaman dipakai pun ternyata kita masih harus tetap mempertimbangkan warnanya. Karena di kala berlari yang jauh, kita pasti akan melihat sepatu kita setiap saat. Warnapun harus memang yang kita suka.
Sudah beberapa kali saya menemukan perempuan menikah yang merasa salah memilih pasangan hidupnya. Mereka mungkin seperti stiletto mahal dan anggun itu, yang seringkali membuat kita jatuh cinta pada pandangan pertama, atau jatuh cinta sesaat, namun ternyata sangat menyakitkan ketika dipakai berlari. Memang kadang sulit jadi perempuan, ketika sudah tua sedikit saja pasti tidak bisa menghindar dari pertanyaan kapan nikahnya? atau ko belum nikah? Dan karena ingin menyenangkan orang tua, sudah kebelet pengen nikah atau malas dicap perawan tua, perempuan seringkali asal pilih saja. Istilahnya, seperti memilih kucing dalam karung.
Seperti halnya teman saya.. Sebentar lagi dia akan menikah. Sekilas, saya lihat dia cinta bener ama calonnya. Namun katanya, dia memilih dia karena dia memberikan kepastian dan keluarga suka sama dia. Ketika saya tanya, apakah dia nyaman dengan calonnya, tersirat ko dia mengatakan tidak sepenuhnya. Hm.. kepastian, perempuan tampaknya memang butuh itu. Banyak perempuan yang memilih pria yang tidak terlalu dicintainya tapi memberikan kepastian, daripada yang benar-benar dia cintai namun tidak memberikan kepastian. Halah..
Intinya, perempuan harus benar-benar tahu apa yang dia butuhkan dari seorang pria. Perempuan harus benar-benar bahagia dan merdeka seorang diri sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Karena pernikahan tidak menentukan bahagia tidaknya seseorang, karena pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan. Itu hanya awal dari lari marathon yang panjang dan akan menjadi amat menyakitkan jika tidak mendapat sepatu yang pas dari awalnya.
Maka, mari mencari sepatu kets nyaman yang kita suka warnanya, jangan membeli stiletto hitam mewah anggun bila ingin lari marathon.
Tabik..
Yap, menikah adalah proses yang panjang. maksud saya, bila berbicara menikah, umumnya berarti bicara soal kebersamaan dalam periode yang tidak sebentar. Seperti halnya lari marathon yang memerlukan kesiapan fisik dan mental sebelum mengikutinya, begitu pula dengan pranata bernama pernikahan. Untuk berlari, diperlukan sepatu olahraga yang nyaman, bukan stiletto yang indah. Jadi, sepatu stiletto yang bagus dan mahal sekalipun tidak akan bisa dibawa lari marathon. Bila kita sudah bisa menemukan sepatu kets yang nyaman dipakai pun ternyata kita masih harus tetap mempertimbangkan warnanya. Karena di kala berlari yang jauh, kita pasti akan melihat sepatu kita setiap saat. Warnapun harus memang yang kita suka.
Sudah beberapa kali saya menemukan perempuan menikah yang merasa salah memilih pasangan hidupnya. Mereka mungkin seperti stiletto mahal dan anggun itu, yang seringkali membuat kita jatuh cinta pada pandangan pertama, atau jatuh cinta sesaat, namun ternyata sangat menyakitkan ketika dipakai berlari. Memang kadang sulit jadi perempuan, ketika sudah tua sedikit saja pasti tidak bisa menghindar dari pertanyaan kapan nikahnya? atau ko belum nikah? Dan karena ingin menyenangkan orang tua, sudah kebelet pengen nikah atau malas dicap perawan tua, perempuan seringkali asal pilih saja. Istilahnya, seperti memilih kucing dalam karung.
Seperti halnya teman saya.. Sebentar lagi dia akan menikah. Sekilas, saya lihat dia cinta bener ama calonnya. Namun katanya, dia memilih dia karena dia memberikan kepastian dan keluarga suka sama dia. Ketika saya tanya, apakah dia nyaman dengan calonnya, tersirat ko dia mengatakan tidak sepenuhnya. Hm.. kepastian, perempuan tampaknya memang butuh itu. Banyak perempuan yang memilih pria yang tidak terlalu dicintainya tapi memberikan kepastian, daripada yang benar-benar dia cintai namun tidak memberikan kepastian. Halah..
Intinya, perempuan harus benar-benar tahu apa yang dia butuhkan dari seorang pria. Perempuan harus benar-benar bahagia dan merdeka seorang diri sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Karena pernikahan tidak menentukan bahagia tidaknya seseorang, karena pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan. Itu hanya awal dari lari marathon yang panjang dan akan menjadi amat menyakitkan jika tidak mendapat sepatu yang pas dari awalnya.
Maka, mari mencari sepatu kets nyaman yang kita suka warnanya, jangan membeli stiletto hitam mewah anggun bila ingin lari marathon.
Tabik..
Saturday, July 22, 2006
Siapakah yang disebut Israel itu?
Ciri-ciri Masyarakat Israel
Prof. Dr. Musthafa Rajab
Masyarakat Israel adalah sekelompok masyarakat yangmenyimpan banyak konflik. Mereka adalah keturunan Yahudi yang beranakpinak sangat banyak yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Karenaitu mereka memiliki ciri kebudayaan yang beragam tergantung darimanapenduduk itu berasal. Perbedaan etnis juga mereka pertahankan, baikantar Yahudi (bangsa Israel) sendiri atau dengan bangsa selain Yahudi.
Di antara ciri masyarakat Israel adalah sebagai berikut:
1. Mereka adalah percampuran masyarakat yang sangat beragam darisegi tatanan sosialnya. Artinya antar indifidu Israel mereka tidaksejenis. Karena mereka adalah percampuran dari akar keturunan,kebudayaan, kecenderungan, tradisi yang berbeda-beda. Karena itutujuan sosial mereka sangat beragam.
2. Mereka adalah masyarakat Yahudi tapi penduduk negara asliadalah Arab. Ini tatanan sosial yang lebih merumitkan.
3. Mayoritas Yahudi yang berada di Palestina bukan berasal dariakar yang sama. Mereka berbeda tergantung dari mana mereka berasalatau dari negara asal mereka. Penduduk Arab di sana adalah minoritasyang menetap di kampung halaman mereka sejak tahun 1948.
4. Yahudi Israel terdiri dari dua kelompok besar yang jumlahnyahampir sebanding. Namun status sosial mereka berbeda dalam masyarakatIsrael. tergantung asal negara dan watak pekerjaan (profesi mereka).
a. Kelompok pertama: Yahudi Barat atau lebih dikenal dengan"Esykanzim" mereka eksosdus dari negara-negara Eropa atau Amerika.kebanyakan mereka hidup di kota-kota Israel dan negara-negara teluk.Secara kebudayaan dan sosial mereka dianggap memiliki status sosialtinggi dengan menduduki jabatan dan instansi penting di pemerintahIsrael.
b. Kelompok kedua: Yahudi Timur yang terkenal dengan "Savardim"mereka eksodus ke Palestina dari negara-negara Asia dan Afrika.Kebanyakan mereka hidup di kota-kota kecil Israel, wilayah pedesaan.Dalam kehidupan keagamaan dan budaya, mereka berkembang. Di manamereka melakukan pekerjaan profesi sederhana.
Kelompok terakhir ini tidak memiliki banyak kelebihan keistimewaandibanding dengan kelompok pertama. Mereka tidak menikmati jabatanpenting di pemerintahan melainkan hanya sedikit, terutama di "kursi" Kanneset Israel.
Pada akhir tahun 1976 angka Yahudi Timur mencapai 46,2% darikeseluruhan penduduk Israel di Palestina jika dibandingkan antaragenerai eksodus yang saat itu dengan saat sebelumnya. Pemuda YahudiTimur dengan usia di bawah usia 20 jumlahnya mencapai 52,4%. Padahaleksodus Yahudi Timur ke Palestina menurun sejak tahuan 1970 dimanayang berasal Uni Soviet paling banyak. Sementara jumlah pemuda IsraelTimur mencapai 99% yang belum menginjak usia 20 tahun dan yang sudahmencapai usia balig jumlah 615.600 dan mereka dilahirkan di Israel.
Ada kelompok Yahudi lainnya yang jga hidup di Israel baik yangmemiliki asal keturunan barat atau timur. Mereka disebut dengan "JabalShabra". Generasi Israel ini adalah Yahudi yang lahir di wilayahnegara Arab Palestina. mereka berbeda dengan ayah mereka dari segiasal, etnis, tradisi, budaya, dan bahkan ideologi sekalipun.
Adapun percampuran Arab Palestina – Israel jumlahnya sangat sedikit.Mereka dilihat pejabat Israel sebagai warga negara kedua. Mereka adayang memeluk islam dan kristen.
Dari penjelasan tersebut, bisa kita katakan; masyarakat Israel hidupdalam kondisi tidak sejenis, tidak satu solidaritas. Bahkan akarperbedaan dan perpecahan sangat rentan mengancam. Para eksodus Yahudiberasal dari lebih 50 negara.
Di samping itu, ada kesenjangan sosial ekonomi antara dua kelompokYahudi "Esykanzim" dan Yahudi Syavardem bahkan perselisihan antaraYahudi yang sudah lebih dulu tinggal di Palestina dengan Yahudi yangbaru datang.
Kira-kira 40% ada Yahudi Atsubi dari Valasha yang tidak memiliki keahlian bekerja. Di tambah lagi mereka terlambat untuk memperolehtempat tinggal layak di Palestina serta keterlambatan bantuan bagimereka. Ini yang akhirnya mendoongmerekamelakukan aksi unjuk rasa.Ujungnya terjadi persengketaan sengit antar kelompok Yahudi Soviet danYahudi Valasha.
5. Ciri-ciri Ekonomi Israel:
- Ekonomi Israel adalah ekonomi kecil bentuknya, jika dibandingkandengan jumlah penduduknya. Pada laporan 1979 penduduk Israel mencapai3,8 juta. Ada akhir tahun 1980 penduduk bertambah menjadi 3,9 juta. Jumlah tersebut sebenarnya tidak cukup untuk membentuk sistem ekonomiuntuk mewujudkan proyek-proyek ekonomi yang produktif. Karenanya kaidahnya mereka pasti membutuhkan bantuan. Misalnya, bantuan untuk proyek-proyek industri lebih dari 40% dari jumlah keseluruhan nilai produksi di bidang indutri.
- Ekonomi Israel adalah ekonomi aneh di Timur Tengah. Sebab hanya 6% dari perdagangan ekspor Israel yang bekerja sama dengan negara-negaraTimur Tengah. Dan di bawah 1% dari impornya dari Iran. Sementara itu,secara beruntun terjadi peningkatan hingga 66%, 75% dalam perdagangandengan Barat Eropa dan Amerika Utara. Ini yang menyebabkan biaya ekonomi menjadi melambung.
- Secara umum dari sisi sumber alamnya, Israel termasuk negara yangmiskin, Terutama sumber SDM. Ini disebabkan oleh konsentrasi merekakepada bidang pertanian, karena terkait dengan faktor ideologi.
- Ekonomi Israel bersifat "pendudukan dan penanaman modal" ataudengan mengimpor manusia dan dana dari luar. Ini bisa kita lihat dalamdeklarasi pendirian Yahudi pada tahun 1948 yang jumlah penduduknyasaat iu kurang dari 1 juta. Kemudian pada tahun 1950 keluarlahundang-undang "kembali" (Israel kembali ke Palestina, menurutkeyakinan mereka). Dengan keluarnya keputusan ini maka terjadi eksodusbesar-besar warga Yahudi ke Palestina dengan dalih karena takuttekanan dan penghancuran dan kaum Nazi.
Sementara "impor" dana dari luar berjumlah sangat besar terutama dariAmerika. jumlah total utang luar negeri Israel pada pertengahan tahun1992 mencapai 24,5 Milyar USD atau meningkat hingga 88 dolar daritahun sebelumnya. Ditambah lagi jaminan utang Israel di Amerikamencapai puluhan miliyar dolar setip tahun dan dari Jerman mencapaipuluhan milyar Mark Jerman. (harian Al Syarq Al Qothoriah, edisi02/07/2003)
(tiermiz)
Prof. Dr. Musthafa Rajab
Masyarakat Israel adalah sekelompok masyarakat yangmenyimpan banyak konflik. Mereka adalah keturunan Yahudi yang beranakpinak sangat banyak yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Karenaitu mereka memiliki ciri kebudayaan yang beragam tergantung darimanapenduduk itu berasal. Perbedaan etnis juga mereka pertahankan, baikantar Yahudi (bangsa Israel) sendiri atau dengan bangsa selain Yahudi.
Di antara ciri masyarakat Israel adalah sebagai berikut:
1. Mereka adalah percampuran masyarakat yang sangat beragam darisegi tatanan sosialnya. Artinya antar indifidu Israel mereka tidaksejenis. Karena mereka adalah percampuran dari akar keturunan,kebudayaan, kecenderungan, tradisi yang berbeda-beda. Karena itutujuan sosial mereka sangat beragam.
2. Mereka adalah masyarakat Yahudi tapi penduduk negara asliadalah Arab. Ini tatanan sosial yang lebih merumitkan.
3. Mayoritas Yahudi yang berada di Palestina bukan berasal dariakar yang sama. Mereka berbeda tergantung dari mana mereka berasalatau dari negara asal mereka. Penduduk Arab di sana adalah minoritasyang menetap di kampung halaman mereka sejak tahun 1948.
4. Yahudi Israel terdiri dari dua kelompok besar yang jumlahnyahampir sebanding. Namun status sosial mereka berbeda dalam masyarakatIsrael. tergantung asal negara dan watak pekerjaan (profesi mereka).
a. Kelompok pertama: Yahudi Barat atau lebih dikenal dengan"Esykanzim" mereka eksosdus dari negara-negara Eropa atau Amerika.kebanyakan mereka hidup di kota-kota Israel dan negara-negara teluk.Secara kebudayaan dan sosial mereka dianggap memiliki status sosialtinggi dengan menduduki jabatan dan instansi penting di pemerintahIsrael.
b. Kelompok kedua: Yahudi Timur yang terkenal dengan "Savardim"mereka eksodus ke Palestina dari negara-negara Asia dan Afrika.Kebanyakan mereka hidup di kota-kota kecil Israel, wilayah pedesaan.Dalam kehidupan keagamaan dan budaya, mereka berkembang. Di manamereka melakukan pekerjaan profesi sederhana.
Kelompok terakhir ini tidak memiliki banyak kelebihan keistimewaandibanding dengan kelompok pertama. Mereka tidak menikmati jabatanpenting di pemerintahan melainkan hanya sedikit, terutama di "kursi" Kanneset Israel.
Pada akhir tahun 1976 angka Yahudi Timur mencapai 46,2% darikeseluruhan penduduk Israel di Palestina jika dibandingkan antaragenerai eksodus yang saat itu dengan saat sebelumnya. Pemuda YahudiTimur dengan usia di bawah usia 20 jumlahnya mencapai 52,4%. Padahaleksodus Yahudi Timur ke Palestina menurun sejak tahuan 1970 dimanayang berasal Uni Soviet paling banyak. Sementara jumlah pemuda IsraelTimur mencapai 99% yang belum menginjak usia 20 tahun dan yang sudahmencapai usia balig jumlah 615.600 dan mereka dilahirkan di Israel.
Ada kelompok Yahudi lainnya yang jga hidup di Israel baik yangmemiliki asal keturunan barat atau timur. Mereka disebut dengan "JabalShabra". Generasi Israel ini adalah Yahudi yang lahir di wilayahnegara Arab Palestina. mereka berbeda dengan ayah mereka dari segiasal, etnis, tradisi, budaya, dan bahkan ideologi sekalipun.
Adapun percampuran Arab Palestina – Israel jumlahnya sangat sedikit.Mereka dilihat pejabat Israel sebagai warga negara kedua. Mereka adayang memeluk islam dan kristen.
Dari penjelasan tersebut, bisa kita katakan; masyarakat Israel hidupdalam kondisi tidak sejenis, tidak satu solidaritas. Bahkan akarperbedaan dan perpecahan sangat rentan mengancam. Para eksodus Yahudiberasal dari lebih 50 negara.
Di samping itu, ada kesenjangan sosial ekonomi antara dua kelompokYahudi "Esykanzim" dan Yahudi Syavardem bahkan perselisihan antaraYahudi yang sudah lebih dulu tinggal di Palestina dengan Yahudi yangbaru datang.
Kira-kira 40% ada Yahudi Atsubi dari Valasha yang tidak memiliki keahlian bekerja. Di tambah lagi mereka terlambat untuk memperolehtempat tinggal layak di Palestina serta keterlambatan bantuan bagimereka. Ini yang akhirnya mendoongmerekamelakukan aksi unjuk rasa.Ujungnya terjadi persengketaan sengit antar kelompok Yahudi Soviet danYahudi Valasha.
5. Ciri-ciri Ekonomi Israel:
- Ekonomi Israel adalah ekonomi kecil bentuknya, jika dibandingkandengan jumlah penduduknya. Pada laporan 1979 penduduk Israel mencapai3,8 juta. Ada akhir tahun 1980 penduduk bertambah menjadi 3,9 juta. Jumlah tersebut sebenarnya tidak cukup untuk membentuk sistem ekonomiuntuk mewujudkan proyek-proyek ekonomi yang produktif. Karenanya kaidahnya mereka pasti membutuhkan bantuan. Misalnya, bantuan untuk proyek-proyek industri lebih dari 40% dari jumlah keseluruhan nilai produksi di bidang indutri.
- Ekonomi Israel adalah ekonomi aneh di Timur Tengah. Sebab hanya 6% dari perdagangan ekspor Israel yang bekerja sama dengan negara-negaraTimur Tengah. Dan di bawah 1% dari impornya dari Iran. Sementara itu,secara beruntun terjadi peningkatan hingga 66%, 75% dalam perdagangandengan Barat Eropa dan Amerika Utara. Ini yang menyebabkan biaya ekonomi menjadi melambung.
- Secara umum dari sisi sumber alamnya, Israel termasuk negara yangmiskin, Terutama sumber SDM. Ini disebabkan oleh konsentrasi merekakepada bidang pertanian, karena terkait dengan faktor ideologi.
- Ekonomi Israel bersifat "pendudukan dan penanaman modal" ataudengan mengimpor manusia dan dana dari luar. Ini bisa kita lihat dalamdeklarasi pendirian Yahudi pada tahun 1948 yang jumlah penduduknyasaat iu kurang dari 1 juta. Kemudian pada tahun 1950 keluarlahundang-undang "kembali" (Israel kembali ke Palestina, menurutkeyakinan mereka). Dengan keluarnya keputusan ini maka terjadi eksodusbesar-besar warga Yahudi ke Palestina dengan dalih karena takuttekanan dan penghancuran dan kaum Nazi.
Sementara "impor" dana dari luar berjumlah sangat besar terutama dariAmerika. jumlah total utang luar negeri Israel pada pertengahan tahun1992 mencapai 24,5 Milyar USD atau meningkat hingga 88 dolar daritahun sebelumnya. Ditambah lagi jaminan utang Israel di Amerikamencapai puluhan miliyar dolar setip tahun dan dari Jerman mencapaipuluhan milyar Mark Jerman. (harian Al Syarq Al Qothoriah, edisi02/07/2003)
(tiermiz)
Saturday, July 15, 2006
Zizou
..sebuah tulisan Gunawan Mohamad..
JIKA huruf Arab yang mengeja namanya di-Latin-kan dengan lafal Inggris, ia adalah Zîn ad-Dîn. Di Indonesia ia akan dipanggil Zainuddin. Konon itu berarti "ornamen iman".
Orang tuanya datang dari Dusun Taguemoune, di bukit-bukit Aljazair yang jauh. Seperti banyak orang dari wilayah Afrika yang dilecut niat memperbaiki nasib, Smaïl Zidane, si ayah, pergi merantau ke Paris. Tapi kemiskinan tetap menggilas, dan ia pindah ke Marseille, di selatan, sebuah kota yang tak teramat jauh dari negeri asal.
Pada pertengahan 1960-an itu, Smaïl bekerja sebagai petugas gudang, sering dalam giliran malam. Ia ingat Zainuddin mudah bermimpi buruk bila si bapak tak pulang. Sebab itu pada waktu senggangnya ia penuhkan perhatian bagi anak yang lembut hati yang dipanggilnya Yazid atau "Yaz" itu.
Ketika Zidane muda sudah jadi pemain bola termasyhur, dan seluruh Prancis mengelu-elukannya sebagai pahlawan, dan para pengagumnya memanggilnya "Zizou", bukan "Yaz", ia tak melupakan apa yang diberikan ayahnya. "Saya mendapatkan semangat dari dia," katanya. "Ayahlah yang mengajari kami bahwa seorang imigran harus bekerja dua kali lipat kerasnya jika dibandingkan dengan orang lain--dan tak boleh menyerah."
Daerah La Castellane, di bagian utara Kota Marseille, tempat Zainuddin Zidane dibesarkan, tempat ia bermain bola di lapangan Place de la Tartane, bukanlah wilayah yang ramah. Orang menyebutnya sebagai quartier difficile, perkampungan sulit. Di tepi jalan yang berdebu itu, di deretan perumahan kotak-kotak itu, hidup si muslim, si miskin, si minoritas, yang akhir-akhir ini merisaukan Prancis: beban, ancaman, atau bantuankah mereka?
Dalam hal itu "Zizou" mau tak mau memikul sebuah pertanyaan--meskipun kita
tak tahu sadarkah ia akan hal itu.
Ketika Prancis keluar sebagai kampiun Piala Dunia 1998, sebuah perayaan spontan meluap di Paris: satu setengah juta manusia berderet di Champs Elysees. Sebuah potret besar Zidane, pencetak gol yang menjadikan negerinya sang juara, diproyeksikan di Arc de Triomphe. Ribuan orang berseru, tiba-tiba, "Zidane! Président!"
Zainuddin, keturunan minoritas yang disebut les beurs, serta-merta jadi sebuah ikon bagi sebuah bangsa yang sering disebut "paling rasialis" di Eropa.
Agaknya Piala Dunia sebuah simptom: kompetisi itu adalah ekspresi nasionalisme dalam demamnya yang tak berbahaya. Juga nasionalisme yang tak sama dengan rasialisme. Eropa pernah melahirkan Naziisme, tapi ada sesuatu yang sering diabaikan: nasionalisme punya kemampuan untuk melupakan.
Prancis semenjak revolusi pada abad ke-18 merupakan contohnya. Dari pengalaman itu pada abad ke-19 Ernest Renan mengemukakan pentingnya "lupa" dalam membentuk bangsa: sebuah "nasion" terjadi ketika ikatan kedaerahan, rasial, dan keagamaan tak lagi diingat-ingat. Telah tumbuh hasrat untuk berbareng (le désir de l'être ensemble) di antara anasir yang berbeda-beda. Sebuah kebersamaan pun terbangun.
Zidane menerima dan diterima oleh kebersamaan itu--yang bernama "Prancis"--ketika ada kehendak "melupakan" ikatannya dengan sesuatu yang bukan "Prancis". Juga di lapangan hijau itu: "Prancis" hadir bukan cuma pada warna kaus yang seragam, tapi juga pada agresivitas Zidane yang melupakan diri bahwa ia seorang pemain Real Madrid--seperti halnya lawannya hari itu, Ronaldo dari Brasil.
Demikianlah identitas "Prancis" berkibar dari lupa dan benturan. Kompetisi Piala Dunia memang metafora yang bagus tentang antagonisme, di mana perbedaan yang mutlak tak pernah ada. Sebuah pertandingan selalu mengasumsikan semacam persamaan: tak ada pihak yang 100 persen ganjil bagi
pihak lain. Yang terjadi adalah ada yang menang, ada yang kalah.
Sebagaimana dalam kehidupan: ada antagonisme dalam tiap kebersamaan, dan si menang naik, si kalah turun. Kesetaraan yang penuh tak bisa tercapai; tiap angka 0-0 akan diselesaikan dengan tendangan penalti. Tapi dorongan ke arah kesetaraan akhirnya tak dapat dielakkan, dan argumen untuk mengekalkan perbedaan akan terguncang. "Kami berasal dari sebuah keluarga yang tak punya apa-apa," kata Smaïl Zidane menyaksikan tempik-sorak bagi anaknya di seantero negeri. "Kini kami dihormati orang Prancis dari segala jenis.
"Tapi justru karena itulah Zidane membawa sebuah pertanyaan bagi Prancis: bisakah logika perbedaan diguncang oleh logika kesetaraan? Bagaimana mungkin "mereka"--yang muslim, yang lain--dianggap sederajat dengan "kita", mayoritas?
Tampak bahwa di sini yang ditekankan bukanlah lupa, melainkan ingatan--dan wajah buruk nasionalisme pun menyeringai.
Setelah kemenangan tim Prancis pada tahun 1998 itu, Jean-Marie Le Pen, pemimpin Front National--yang selalu mencurigai minoritas--akhirnya menerima Zidane dengan catatan: sang bintang adalah "putra Aljazair Prancis". Itulah alasannya kenapa Zainuddin layak diterima di antara "kita": Zizou datang dari keluarga "harki", kata Arab untuk menyebut orang Aljazair yang bertempur di pihak Prancis, sang penjajah, pada masa perang kemerdekaan.
Zainuddin membantah itu: keluarganya bukan pengkhianat. Tapi bisakah ia mendefinisikan diri, ketika dunia privat seseorang diserbu kebencian hitam-putih orang ramai? Oktober 2001, sebuah pertandingan persahabatan dicoba antara tim Prancis dan Aljazair di Stade de France. Pertandingan itu simbolik: kedua negeri itu tak pernah bertemu di lapangan bola sejak perang kemerdekaan Aljazair. Tapi seperti diceritakan Andrew Hussey dalam The Observer, menjelang hari itu Zidane diancam akan dibunuh. Poster dipasang:
"Zidane-Harki". Akhirnya permainan tak selesai. Beberapa anak muda keturunan Arab berseru mengelu-elukan Usamah bin Ladin dan mengutuk Republik Prancis.Demikianlah lupa dan ingatan bisa dibongkar pasang untuk diteriakkan, juga bagi si pemalu yang bersuara lirih itu, Zinedine Zidane.
(Catatan Pinggir Majalah TEMPO, 10 Juli 2006)
JIKA huruf Arab yang mengeja namanya di-Latin-kan dengan lafal Inggris, ia adalah Zîn ad-Dîn. Di Indonesia ia akan dipanggil Zainuddin. Konon itu berarti "ornamen iman".
Orang tuanya datang dari Dusun Taguemoune, di bukit-bukit Aljazair yang jauh. Seperti banyak orang dari wilayah Afrika yang dilecut niat memperbaiki nasib, Smaïl Zidane, si ayah, pergi merantau ke Paris. Tapi kemiskinan tetap menggilas, dan ia pindah ke Marseille, di selatan, sebuah kota yang tak teramat jauh dari negeri asal.
Pada pertengahan 1960-an itu, Smaïl bekerja sebagai petugas gudang, sering dalam giliran malam. Ia ingat Zainuddin mudah bermimpi buruk bila si bapak tak pulang. Sebab itu pada waktu senggangnya ia penuhkan perhatian bagi anak yang lembut hati yang dipanggilnya Yazid atau "Yaz" itu.
Ketika Zidane muda sudah jadi pemain bola termasyhur, dan seluruh Prancis mengelu-elukannya sebagai pahlawan, dan para pengagumnya memanggilnya "Zizou", bukan "Yaz", ia tak melupakan apa yang diberikan ayahnya. "Saya mendapatkan semangat dari dia," katanya. "Ayahlah yang mengajari kami bahwa seorang imigran harus bekerja dua kali lipat kerasnya jika dibandingkan dengan orang lain--dan tak boleh menyerah."
Daerah La Castellane, di bagian utara Kota Marseille, tempat Zainuddin Zidane dibesarkan, tempat ia bermain bola di lapangan Place de la Tartane, bukanlah wilayah yang ramah. Orang menyebutnya sebagai quartier difficile, perkampungan sulit. Di tepi jalan yang berdebu itu, di deretan perumahan kotak-kotak itu, hidup si muslim, si miskin, si minoritas, yang akhir-akhir ini merisaukan Prancis: beban, ancaman, atau bantuankah mereka?
Dalam hal itu "Zizou" mau tak mau memikul sebuah pertanyaan--meskipun kita
tak tahu sadarkah ia akan hal itu.
Ketika Prancis keluar sebagai kampiun Piala Dunia 1998, sebuah perayaan spontan meluap di Paris: satu setengah juta manusia berderet di Champs Elysees. Sebuah potret besar Zidane, pencetak gol yang menjadikan negerinya sang juara, diproyeksikan di Arc de Triomphe. Ribuan orang berseru, tiba-tiba, "Zidane! Président!"
Zainuddin, keturunan minoritas yang disebut les beurs, serta-merta jadi sebuah ikon bagi sebuah bangsa yang sering disebut "paling rasialis" di Eropa.
Agaknya Piala Dunia sebuah simptom: kompetisi itu adalah ekspresi nasionalisme dalam demamnya yang tak berbahaya. Juga nasionalisme yang tak sama dengan rasialisme. Eropa pernah melahirkan Naziisme, tapi ada sesuatu yang sering diabaikan: nasionalisme punya kemampuan untuk melupakan.
Prancis semenjak revolusi pada abad ke-18 merupakan contohnya. Dari pengalaman itu pada abad ke-19 Ernest Renan mengemukakan pentingnya "lupa" dalam membentuk bangsa: sebuah "nasion" terjadi ketika ikatan kedaerahan, rasial, dan keagamaan tak lagi diingat-ingat. Telah tumbuh hasrat untuk berbareng (le désir de l'être ensemble) di antara anasir yang berbeda-beda. Sebuah kebersamaan pun terbangun.
Zidane menerima dan diterima oleh kebersamaan itu--yang bernama "Prancis"--ketika ada kehendak "melupakan" ikatannya dengan sesuatu yang bukan "Prancis". Juga di lapangan hijau itu: "Prancis" hadir bukan cuma pada warna kaus yang seragam, tapi juga pada agresivitas Zidane yang melupakan diri bahwa ia seorang pemain Real Madrid--seperti halnya lawannya hari itu, Ronaldo dari Brasil.
Demikianlah identitas "Prancis" berkibar dari lupa dan benturan. Kompetisi Piala Dunia memang metafora yang bagus tentang antagonisme, di mana perbedaan yang mutlak tak pernah ada. Sebuah pertandingan selalu mengasumsikan semacam persamaan: tak ada pihak yang 100 persen ganjil bagi
pihak lain. Yang terjadi adalah ada yang menang, ada yang kalah.
Sebagaimana dalam kehidupan: ada antagonisme dalam tiap kebersamaan, dan si menang naik, si kalah turun. Kesetaraan yang penuh tak bisa tercapai; tiap angka 0-0 akan diselesaikan dengan tendangan penalti. Tapi dorongan ke arah kesetaraan akhirnya tak dapat dielakkan, dan argumen untuk mengekalkan perbedaan akan terguncang. "Kami berasal dari sebuah keluarga yang tak punya apa-apa," kata Smaïl Zidane menyaksikan tempik-sorak bagi anaknya di seantero negeri. "Kini kami dihormati orang Prancis dari segala jenis.
"Tapi justru karena itulah Zidane membawa sebuah pertanyaan bagi Prancis: bisakah logika perbedaan diguncang oleh logika kesetaraan? Bagaimana mungkin "mereka"--yang muslim, yang lain--dianggap sederajat dengan "kita", mayoritas?
Tampak bahwa di sini yang ditekankan bukanlah lupa, melainkan ingatan--dan wajah buruk nasionalisme pun menyeringai.
Setelah kemenangan tim Prancis pada tahun 1998 itu, Jean-Marie Le Pen, pemimpin Front National--yang selalu mencurigai minoritas--akhirnya menerima Zidane dengan catatan: sang bintang adalah "putra Aljazair Prancis". Itulah alasannya kenapa Zainuddin layak diterima di antara "kita": Zizou datang dari keluarga "harki", kata Arab untuk menyebut orang Aljazair yang bertempur di pihak Prancis, sang penjajah, pada masa perang kemerdekaan.
Zainuddin membantah itu: keluarganya bukan pengkhianat. Tapi bisakah ia mendefinisikan diri, ketika dunia privat seseorang diserbu kebencian hitam-putih orang ramai? Oktober 2001, sebuah pertandingan persahabatan dicoba antara tim Prancis dan Aljazair di Stade de France. Pertandingan itu simbolik: kedua negeri itu tak pernah bertemu di lapangan bola sejak perang kemerdekaan Aljazair. Tapi seperti diceritakan Andrew Hussey dalam The Observer, menjelang hari itu Zidane diancam akan dibunuh. Poster dipasang:
"Zidane-Harki". Akhirnya permainan tak selesai. Beberapa anak muda keturunan Arab berseru mengelu-elukan Usamah bin Ladin dan mengutuk Republik Prancis.Demikianlah lupa dan ingatan bisa dibongkar pasang untuk diteriakkan, juga bagi si pemalu yang bersuara lirih itu, Zinedine Zidane.
(Catatan Pinggir Majalah TEMPO, 10 Juli 2006)
Wednesday, July 12, 2006
Cause loneliness is tragical*
I was down my dreams were wearing thin
When you're lost where do you begin
My heart always seemed to drift from day to day
Looking for the love that never came my way
Then you smiled and I reached out to you
I could tell you were lonely too
One look and then it all began for you and me
The moment that we touched I knew that there would be
Two less lonely people in the world
And it's gonna be fine
Out of all the people in the world
I just can't believe you're mine
In my life where everything was wrong
Something finally went right
Now there's two less lonely people
In the world tonight
Just to think what I might have missed
Looking back how did I exist
I dreamed, still I never thought I'd come this far
But miracles come true, I know 'cause here we are
Two Less Lonely People in The World (Air Supply, 1983)
*backstreetboys
When you're lost where do you begin
My heart always seemed to drift from day to day
Looking for the love that never came my way
Then you smiled and I reached out to you
I could tell you were lonely too
One look and then it all began for you and me
The moment that we touched I knew that there would be
Two less lonely people in the world
And it's gonna be fine
Out of all the people in the world
I just can't believe you're mine
In my life where everything was wrong
Something finally went right
Now there's two less lonely people
In the world tonight
Just to think what I might have missed
Looking back how did I exist
I dreamed, still I never thought I'd come this far
But miracles come true, I know 'cause here we are
Two Less Lonely People in The World (Air Supply, 1983)
*backstreetboys
Subscribe to:
Posts (Atom)