Kesimpulan ini didapat dari obrolan-obralan panjang saya dengan seorang kawan yang cerdas bernama Feby. Bahwa menikah bisa dianalogikan dengan lari marathon, sebuah perjalanan yang cukup panjang. Lari marathon yang berasal dari zaman Yunani kuno dulu berjarak 40 km, jarak yang agak jauh bila ditempuh dengan berlari. Sejarah lari marathon sendiri silakan dicari di google yang pintar itu saja ya :P atau akan saya tulis di kemudian hari.
Yap, menikah adalah proses yang panjang. maksud saya, bila berbicara menikah, umumnya berarti bicara soal kebersamaan dalam periode yang tidak sebentar. Seperti halnya lari marathon yang memerlukan kesiapan fisik dan mental sebelum mengikutinya, begitu pula dengan pranata bernama pernikahan. Untuk berlari, diperlukan sepatu olahraga yang nyaman, bukan stiletto yang indah. Jadi, sepatu stiletto yang bagus dan mahal sekalipun tidak akan bisa dibawa lari marathon. Bila kita sudah bisa menemukan sepatu kets yang nyaman dipakai pun ternyata kita masih harus tetap mempertimbangkan warnanya. Karena di kala berlari yang jauh, kita pasti akan melihat sepatu kita setiap saat. Warnapun harus memang yang kita suka.
Sudah beberapa kali saya menemukan perempuan menikah yang merasa salah memilih pasangan hidupnya. Mereka mungkin seperti stiletto mahal dan anggun itu, yang seringkali membuat kita jatuh cinta pada pandangan pertama, atau jatuh cinta sesaat, namun ternyata sangat menyakitkan ketika dipakai berlari. Memang kadang sulit jadi perempuan, ketika sudah tua sedikit saja pasti tidak bisa menghindar dari pertanyaan kapan nikahnya? atau ko belum nikah? Dan karena ingin menyenangkan orang tua, sudah kebelet pengen nikah atau malas dicap perawan tua, perempuan seringkali asal pilih saja. Istilahnya, seperti memilih kucing dalam karung.
Seperti halnya teman saya.. Sebentar lagi dia akan menikah. Sekilas, saya lihat dia cinta bener ama calonnya. Namun katanya, dia memilih dia karena dia memberikan kepastian dan keluarga suka sama dia. Ketika saya tanya, apakah dia nyaman dengan calonnya, tersirat ko dia mengatakan tidak sepenuhnya. Hm.. kepastian, perempuan tampaknya memang butuh itu. Banyak perempuan yang memilih pria yang tidak terlalu dicintainya tapi memberikan kepastian, daripada yang benar-benar dia cintai namun tidak memberikan kepastian. Halah..
Intinya, perempuan harus benar-benar tahu apa yang dia butuhkan dari seorang pria. Perempuan harus benar-benar bahagia dan merdeka seorang diri sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Karena pernikahan tidak menentukan bahagia tidaknya seseorang, karena pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan. Itu hanya awal dari lari marathon yang panjang dan akan menjadi amat menyakitkan jika tidak mendapat sepatu yang pas dari awalnya.
Maka, mari mencari sepatu kets nyaman yang kita suka warnanya, jangan membeli stiletto hitam mewah anggun bila ingin lari marathon.
Tabik..
Friday, July 28, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
"Maka, mari mencari sepatu kets nyaman yang kita suka warnanya, jangan membeli stiletto hitam mewah anggun bila ingin lari marathon."
Senang sekali membacanya... Yeah, it's true. One should fine a pair which fits, doesn't necessary to be beautiful or cute. Just comfy...
I haven't found the comfy shoes meant for me. I haven't but God knows I will. Right God? :)
Hehhehe, yep. Stiletto bo', mana mungkin dipakai lari marathon. Pasti ketemu, cuma harus lebih sabar aja :-)
Mbak Dewi..Sepakat sekali..saya juga bentar lagi mo nikah..Cuman saya laki2..bukan perempuan kayak di tulisan mbak dewi..hehe..Makasih ya atas inspirasiya..Oia, akses juga website saya ya di www.aliflukmanulhakim.co.cc.
Lam kenalz ya..
Best Regards
Alif Lukmanul Hakim (Yogyakarta)
Post a Comment