Iya, pekerjaan domestik rumah tangga. Mencuci, menyetrika, memasak, menyapu dan mengepel lantai adalah beberapa dari pekerjaan domestik rumah tangga. Masih menjadi bahasan yang menarik, karena pekerjaan-pekerjaan ini tidaklah mudah, namun harus ada melakukannya. Dalam suatu rumah tangga, seringkali pendapat umum mengatakan, bahwa pekerjaan domestik rumah tangga adalah pekerjaan perempuan (baca: ISTRI, anak perempuan) namun bukanlah dipersepsi secara umum sebagai pekerjaan laki-laki (baca: SUAMI, anak laki-laki) atau pekerjaan non-gender (terserah dirimu lelaki atau perempuan, tapi kerjakan saja).
Mengapa demikian? Dan apakah benar bahwa pekerjaan-pekerjaan itu adalah pekerjaan perempuan, seperti yang selama ini terjadi di sebagian besar masyarakat? Kita lihat saja dari keluarga kita sendiri. Yang biasanya terjadi, ibu mengerjakan semua hal tersebut (atau dibantu pembantu dan anak perempuannya). Mulai dari bangun pagi sampai dia menutup mata. Belum lagi, mendidik anak juga merupakan pekerjaan ibu atau istri. Pokoknya suami harus terlindung dari pekerjaan sedemikian, kadangkala malah merasa hina bila harus mengerjakan hal-hal tersebut. Belum lagi, ibu atau istri yang bekerja tidak lantas otomatis terbebas dari pekerjaan itu. Pulang kerja, masih harus lagi memasak atau menyetrika baju hasil cucian pagi harinya. Jadi, kadangkala, perempuan tidak punya waktu untuk dirinya sendiri, jangankan untuk creambath atau spa, membaca koran dan menonton televisi lama-lama menjadi barang mahal.
Padahal, tidak ada peraturan tertulis atau undang-undang yang mengatakan bahwa pekerjaan domestik adalah pekerjaan perempuan. Perempuan bermitra kerja dengan laki-laki di dalam perjanjian bernama rumah tangga bukan untuk menjadi pembantu, misalnya, mencucikan baju suami atau memasak setiap hari. Tapi yang pasti, untuk bermitra. Mitra berarti tidak ada subordinat, karena "saham" dalam rumah tangga mestinya dimiliki secara adil oleh orang-orang yang secara sadar saling mengikatkan diri. Pekerjaan domestik mestinya juga menjadi tanggung jawab laki-laki (baca: SUAMI atau anak laki-laki) yang harus dibagi secara jelas siapa mengerjakan apa.
Dahulu, dengan jelas Rasul Muhammad mencuci bajunya sendiri, kadang memasak untuk isteri dan anaknya, dan tidak marah-marah bila kemalaman tidak dibukakan pintu karena sang isteri sudah tidur.
..karena pekerjaan domestik semestinya dikerjakan bersama..
Sunday, September 18, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
9 comments:
Pasti terpengaruh tulisan Kompas edisi Minggu kemarin... hehehehe... Dew, banyak juga tulisan elo soal gender. Coba elo tambah referensi karena ternyata sekarang itu yg namanya feminisme udah ketinggalan. Sudah ada Posfeminisme. Nah lho, apa lagi tuh?! Just find it out... Just a sincere suggestion. :)
Thanks ya W. Tapi gue ga mau terjebak pada istilah2 feminisme atau posfeminisme yang buat gue membingungkan dan tidak menyelesaikan masalah. yang gue angkat di sini adalah soal pekerjaan rumah tangga, yang harusnya bukan pekerjaan perempuan, tapi pekerjaan siapapun yang memang harus mengerjakannya. Hehehe.. anyway, gue emang harus lebih banyak membaca.
Thanks ya W. Tapi gue ga mau terjebak pada istilah2 feminisme atau posfeminisme yang buat gue membingungkan dan tidak menyelesaikan masalah. yang gue angkat di sini adalah soal pekerjaan rumah tangga, yang harusnya bukan pekerjaan perempuan, tapi pekerjaan siapapun yang memang harus mengerjakannya. Hehehe.. anyway, gue emang harus lebih banyak membaca.
Cuma pengen nimbrung aja. Aku setuju lho klo pekerjaan RT dikerjain bersama. Bukankah dengan melakukan pekerjaan itu bersama istri banyak manfaatnya?
ya... setidaknya rasa kebersamaan itu akan terus terpupuk, trus dengan begitu akan memperingan kerjaan sang istri. Selain itu, urusan mesra dan romantis kan jg bisa terlaksana di situ. Ya... pokok nya klo bisa dikerjakan bersama istri gak salah lah suami jg ikut didalmnya. Trus klo bisa dikerjakan sendiri knapa harus nunggu istri. Aku jg yakin klo sang suami mau turun tangan akan pekerjaan domestik, sang istri pasti semakin sayang. (asal jangan dapat istri yg ego nya selangit)klo dpt yg itu bisa berabe.
Cuma pengen nimbrung aja. Aku setuju lho klo pekerjaan RT dikerjain bersama. Bukankah dengan melakukan pekerjaan itu bersama istri banyak manfaatnya?
ya... setidaknya rasa kebersamaan itu akan terus terpupuk, trus dengan begitu akan memperingan kerjaan sang istri. Selain itu, urusan mesra dan romantis kan jg bisa terlaksana di situ. Contoh nya gini.. kemaren (swktu masih punya pacar) aku pernah kerja bareng pacar aku . nyuci baju aku bareng dia, trus dia ngebantu aku bersihkan kamar aku (pintunya dibuka lho) wahhh asik banget romantis lah pokoknya. so... aku yakin klo ama istri juga getu pasti seru tuh. Ya... pokok nya klo bisa dikerjakan bersama istri gak salah lah suami jg ikut didalmnya. Trus klo bisa dikerjakan sendiri knapa harus nunggu istri. Aku jg yakin klo sang suami mau turun tangan akan pekerjaan domestik, sang istri pasti semakin sayang. (asal jangan dapat istri yg ego nya selangit)klo dpt yg itu bisa berabe.
hai d'yamada,
thanks komentarmu. iyalah, aku juga stuju kalo gitu. sama2 maksdunya, tapi kan kenyataan di lapangan kan gitu. hehehe
Hi Dew,
hihihihi after 7 months married ya .. let me think brapa kerjaan rumah tangga yg musti gue kerjain ya :-? (* uhm maklum masih nebeng dirumah my mom .. biar pun sudah punya rumah sendiri), sebenernya sih gue tidak akan berkomentar disini tapi just sharing (* as you know ... you do much sharing section asal ngga sharing suami aja). Alhamdulillah suami gue cukup bisa dikaryakan dalam pekerjaan rumah tangga seperti cuci piring setelah makan, beresin tempat tidur karena gue kan brangkat lebih pagi dari dia sementara dia masih ileran, memasak .. hahahahaa biarpun cuma supermie doang sih dia kalau laper ngga ngeropotin gue dia bisa selfservice ... sekali lagi Alhadulillah ... banyak hal2 kecil yang dia ngga harus meneriakan nama gue untuk melayani beliau ... yah salah satu kebahagian gue diantara beberapa kekecewaan hidup. Tuhan Maha Adil
Hai Ka, thanks for your comments. Hm, berbahagialah jika emang nemu suami macam gini. Heheh, ga manja dan membebaskan kita mau jadi apa. agak2 langka bo' jaman gini. dari dulu juga langka sih, tapi sekarang tambah langka lagi :D doain juga gue dapat ye :)
Hai hai DEWIIIIII... DEUUUUU.... Waaaa lama sekali tak bersua. Aku suka senja keemasanmu... Tapi kok post comment nya disini ya...? Hmm aku memang orang yg aneh... Huehehehehe... Tanggung disini, kalo boleh nambahin, ada 'bumbu penyedap' dan 'angin penghibur' biar para perempuan menerima kondisi (yang sering dilegitimasi sebagai kodrat) ini. Katanya pekerjaan paling mulia, pekerjaan paling berat adalah perempuan yang bisa mengatur RT (baca: dapur-kasur-sumur) dengan sempurna, tapi masih bisa juga menyeimbangkan dengan kerjaannya. Membuai sekaligus menghanyutkan. Demi diberi label hebat dan sempurna sebagai ibu RT dan istri, banyak perempuan rela kehilangan identitas dan kehidupannya, mengatur dua dunia yang nyaris hanya super women yang mampu, seorang diri. Masak sih di dunia ini cuma beberapa gelintir perempuan yang bisa dibilang hebat... Sedangkan hampir semua laki-laki dipuji setinggi lagit cuma karena kebetulan kepergok lagi cuci piring sama tetangga... Huehehehe... Just a thought... Kita saling mengunjungi yuuukkk... Kunjungi aku di www.vinka.blogspot.com yahh... Hehehe... Miss u much!!!
Post a Comment