Saturday, May 28, 2005

Bangsa yang dibesarkan mitos

...orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman...

Bangsa ini dibesarkan dengan mitos-mitos. Mitos bahwa kita bangsa yang besar, dengan beribu-ribu pulau yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari Sabang sampai Merauke. Mitos bahwa kita adalah negara yang kaya, kaya dengan sumber daya alam (minyak bumi, emas, batu bara, nikel, timah, dsb), kaya dengan keanekaragaman hayati. Mitos bahwa nenek moyang kita adalah pelaut ulung (nenek moyangku seorang pelaut, mengarung bumi belah samudra, mengejar ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa), berlayar sampai Tanjung Harapan. Tumbuh dengan mitos zaman Majapahit, ketika Hayam Muruk dan Gajah Mada berhasil menyatukan Indonesia (Filipina dan Singapore masih wilayah Indonesia, waktu itu). Dan yang paling hebat, mitos bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, bangsa yang senang bergotong royong, bangsa dengan toleransi yang tinggi.

Mitos..
Dibuai sedari kecil, lewat sosialisasi primer dalam keluarga, pelajaran-pelajaran sejarah di sekolah, pidato-pidato para pejabat pada perayaan hari-hari nasional, dan yang pasti, cuci otak ala Soeharto selama lebih dari 30 tahun.

Terbiasa hidup enak, tak mau kerja keras dan menjadikan uang sebagai cara mendapatkan banyak hal.
Karena tanah kita tanah yang subur, tak perlu dipupuk tak perlu dirawat toh padi bisa tumbuh dengan sempurna (terbukti pada tahun 1983 kita mengekspor beras ke Ethiopia). Karena kita punya banyak sumber daya alam (lihat saja 1970 ketika minyak sedang bagus harganya, banyak pejabat Pertamina kaya mendadak) yang bisa menjamin hidup kita sampai tujuh turunan. Karena bangsa ini toleran terhadap banyak hal (juga terhadap korupsi, suap, main hakim sendiri).

Mitos.. membuat bodoh, membuat malas, membuat narciss.

Toh, ternyata kita belum jadi apa-apa.

No comments: